Peran Teknologi dalam Meningkatkan Partisipasi dalam Pemilu

Emmanuella P. R.
5 min readMar 9, 2021

--

Dalam blog post untuk Pengantar Rekayasa dan Desain kali ini, saya ditugaskan untuk

  • memilih sebuah “permasalahan sekitar”
  • memikirkan serta membahas cara menyelesaikan dengan cara yang berkaitan dengan fakultas saya, STEI.

Saya memutuskan untuk mengembangkan dari topik permasalahan yang telah saya bahas untuk tugas saya yang sebelumnya, yaitu apatisme politik atau political apathy.

Istilah apatisme politik atau political apathy disematkan kepada seseorang yang tidak memedulikan politik di daerahnya.

Namun karena saya sendiri juga berpendapat bahwa cakupan topik “apatisme politik” itu sendiri terlalu luas untuk tugas ini, saya memutuskan untuk hanya membahas salah satu komponennya yang lebih mudah diukur, yaitu tingkat partisipasi masyarakat pada pemilihan umum atau bahasa Inggrisnya voter turnout.

Photo by Element5 Digital on Unsplash

Blog post ini dibagi menjadi enam bagian, yaitu:

  1. Sistem penyelesaian masalah yang digunakan (Need-Know-How-Solve)
  2. Need Apa yang ingin kita selesaikan?
  3. Know Apa yang telah kita ketahui?
  4. How Cara apa yang akan kita gunakan?
  5. Solve Penerapan pemecahan masalah
  6. Kesimpulan

Sistem penyelesaian masalah yang digunakan

Mata kuliah Pengantar Rekayasa dan Desain, yang merujuk buku Exploring Engineering (Kosky et al.), mengajarkan sebuah cara untuk menyelesaikan masalah secara sistematis yang disebut metode need-know-how-solve. Saat menggunakan metode ini, kita mesti mengidentifikasi

  1. need
  2. know
  3. how

sebelum menerapkan

4. solve.

Sistem ini lah yang akan saya gunakan untuk membahas dan menyelesaikan permasalahan yang telah saya pilih.

Need — Apa yang ingin kita selesaikan?

Langkah pertama dari penyelesaian masalah adalah mengidentifikasi apa yang perlu diselesaikan.

Apa yang saya maksud dari tingkat partisipasi pada pemilihan umum (voter turnout)?

Saya menggunakan definisi

tingkat partisipasi pemilu = persentase masyarakat yang memiliki hak pilih dan menggunakan hak tersebut

yang juga sering digunakan media massa, contohnya dalam kasus ini.

Selain karena situasi pandemi Covid-19, tingkat partisipasi Pilkada 2018 (mencapai 73,24%) mengalami penurunan dibandingkan Pilkada 2017 ( 74,2%)

Memang apa pentingnya voter turnout?

Banyak yang menganggap tingkat partisipasi sebagai indikator “kesehatan” suatu proses pemilihan umum. [1]

Menurut Mohammad Mulyadi, seorang peneliti bidang kepakaran Sosiologi Politik, keterlibatan warga dalam pemilihan umum merupakan syarat demokrasi; tanpa upaya melibatkan masyarakat, pemilu hanya akan menjadi formalitas. Selain itu, tingkat partisipasi pemilu berkaitan dengan tingkat legitimasi pemilu itu sendiri. [2]

Know — Apa yang telah kita ketahui?

Sebelum kita dapat memikirkan cara meningkatkan partisipasi pemilu, kita mesti terlebih dahulu mencari tahu apa saja komponen-komponen yang menentukan atau mempengaruhi tingkat partisipasi tersebut.

Persamaan Downs

Salah satu cara untuk membahas tingkat partisipasi pemilu adalah dengan menggunakan model matematika, misalnya persamaan Anthony Downs, sebagaimana dijelaskan oleh Harder dan Krosnick [3]:

R = (B)(P) — C + D

di mana

  • R = total keuntungan (reward) yang didapatkan seorang individu dari berpartisipasi dalam pemilu
  • B = manfaat yang akan didapatkan oleh individu tersebut bila kandidat pilihannya menang, menurut individu tersebut
  • C = biaya yang dikeluarkan warga tersebut dalam bentu waktu, uang, dan lainnya untuk berpartisipasi dalam pemilu
  • D = kepuasan yang didapatkan oleh individu tersebut dengan berpartisipasi dalam pemilu

Dalam model ini, semakin besar nilai R (bila positif), semakin besar kemungkinan bahwa individu tersebut berpartisipasi.

Framework Harder dan Krosnick

Harder dan Krosnick juga menawarkan model mereka sendiri [3]:

kemungkinan berpartisipasi = (motivasi berpartisipasi x kemampuan untuk berpartisipasi)/kesulitan berpartisipasi

di mana untuk seorang individu,

  • motivasi berpartisipasi = keinginan suatu individu untuk berpartisipasi, yang juga dapat dipengaruhi demografi individu tersebut (misalnya tingkat pendidikan)
  • kemampuan untuk berpartisipasi = kapasitas individu tersebut untuk memahami informasi terkait peristiwa politik dan kandidat-kandidatnya sendiri dan membentuk preferensi terhadap kandidat
  • kesulitan berpartisipasi = kesusahan dalam mendapatkan informasi yang diperlukan serta dalam berpartisipasi itu sendiri, melingkupi prosedur berpartisipasi dan akses pada informasi terkait

How — Cara apa yang akan kita gunakan?

Model matematika bukanlah representasi sempurna dari fenomena di dunia nyata, tapi ia berguna untuk menyederhanakan dan menjelaskan bagaimana variabel-variabel komponen berkaitan dengan satu sama lain, yang mana yang berbanding terbalik dan yang mana yang berbanding lurus.

Menurut persamaan Downs, untuk meningkatkan kemungkinan seorang individu berpartisipasi dalam pemilu, kita mesti …

  • … membuat dia merasa lebih diuntungkan bila kandidat pilihannya menang
  • mengurangi biaya (waktu, uang, dst) yang dikeluarkannya untuk berpartisipasi dalam pemilu
  • … membuat dia merasa lebih puas setelah berpartisipasi dalam pemilu (contoh: bangga karena telah melakukan sesuatu yang dia anggap sebagian perbuatan baik).

Menurut framework Harder dan Krosnick, untuk meningkatkan kemungkinan seorang individu berpartisipasi dalam pemilu, kita mesti …

  • meningkatkan keinginannya untuk berpartisipasi
  • meningkatkan kemampuannya untuk berpartisipasi
  • mengurangi kesulitan yang dihadapinya dalam berpartisipasi.

Solve — Penerapan pemecahan masalah

Di tahap ini lah, menurut saya, ilmu yang berkaitan dengan Sekolah Teknik Elektro dan Informatika mulai berperan.

Berdasarkan pemaparan di “How”, berikut adalah pendapat dan ide saya, yang saya kumpulkan dan bagi menjadi tiga bagian.

Membuat proses partisipasi dalam pemilihan umum menjadi lebih mudah dan nyaman

  • Integrasi dan sinkronisasi data pemilih dapat dibuat menjadi lebih baik agar proses birokrasi menjadi lebih mudah dan frictionless, terutama untuk perantau dan pemilih yang baru berpindah tempat.
  • Teknologi informasi yang berperan pada berbagai tahap — komunikasi antara warga dengan pemerintah RT setempat, contohnya — patut diperhatikan.
  • Portal website di mana warga dapat memasukkan informasi pribadinya untuk mengecek status hak pilihnya dan mencari tahu apa lagi yang mesti mereka urus agar partisipasi pada pemilu lancar, atau apakah semuanya sudah beres sehingga mereka tinggal membawa badan saat hari-H. Bila ada yang perlu mereka urus, mereka bisa langsung menyelesaikannya di website tersebut.
  • Proses penghitungan suara turut direkam dan di-streaming.

Meningkatkan pemahaman calon peserta pemilu dan akses informasi

  • Website yang melacak setiap kandidat dan menyediakan datanya dengan cara yang mudah diakses. Pemilih bisa mencari nama kandidat atau nomor urutnya. Pemilih bisa mengatur (setting) agar dinotifikasi di ponselnya saat kandidat di daerahnya masuk berita karena aneh-aneh.
  • Website tersebut tidak hanya melacak apakah seorang kandidat pernah terlibat dengan urusan KPK, tetapi juga apakah kandidat tersebut menikah dengan kepala daerah pada periode sebelumnya, dan sebagainya.
  • Bila kandidat tersebut telah terpilih sebagai kepalada daerah sebelumnya, website tersebut juga melacak bagaimana ia telah memenuhi janji-janji kampanyenya yang terakhir.

Membuat pemilih termotivasi dan merasa lebih diuntungkan

  • Media sosial, dalam pengalaman saya, turut berperan besar dalam mententukan apakah seorang warga merasa keren setelah menggunakan hak pilihnya.

Kesimpulan

Teknologi informasi memiliki peran yang besar dalam kehidupan masyarakat modern di abad ke-21 ini, tidak terkecuali dalam perpolitikan.

Sign up to discover human stories that deepen your understanding of the world.

Free

Distraction-free reading. No ads.

Organize your knowledge with lists and highlights.

Tell your story. Find your audience.

Membership

Read member-only stories

Support writers you read most

Earn money for your writing

Listen to audio narrations

Read offline with the Medium app

--

--

Emmanuella P. R.
Emmanuella P. R.

Written by Emmanuella P. R.

college student. sometimes i post writing assignments here.

No responses yet

Write a response